B. Pluralitas Masyarakat Indonesia
Sumber: https://www.plengdut.com/keberagaman-agama-dan-ras-di-indonesia/241/
Gambar 2 Keragaman agama di Indonesia membuktikan Indonesia bangsa yang religius.
Perhatikan Gambar 2, yang menggambarkan keragaman agama di Indonesia. Masyarakat Indonesia dikenal sebagai masyarakat religius. Beberapa agama dan kepercayaan dapat ditemukan di berbagai wilayah Indonesia. Indonesia juga memiliki banyak suku bangsa. Itulah sebabnya Indonesia kaya dengan budaya atau adat istiadat. Kondisi geografis dan sosial Indonesia juga memengaruhi berbagai kegiatan ekonomi masyarakat. Karena itu kita dapat menemukan berbagai pekerjaan masyarakat Indonesia di berbagai tempat. Kekayaan dan keanekaragaman masyarakat Indonesia baik suku, agama, ras, pekerjaan, dan lain-lain menunjukkan bahwa masyarakat Indonesia itu bersifat plural. Kata “plural” berasal dari bahasa Inggris yang artinya “jamak”, sedangkan “pluralitas” berarti kemajemukan. Pluralitas masyarakat Indonesia memiliki arti yang sama dengan kemajemukan masyarakat Indonesia. Selain istilah pluralitas, kalian juga menemukan istilah lain yang berhubungan dengan keragaman, yakni multikultutal. Multikultural berasal dari kata multi yang berarti banyak (lebih dari dua) dan culture artinya kebudayaan. Masyarakat multikultural adalah masyarakat yang memiliki lebih dari dua kebudayaan. Masyarakat multikultural tersusun atas berbagai budaya yang menjadi sumber nilai bagi terpeliharanya kestabilan kehidupan masyarakat pendukungnya. Keragaman budaya tersebut berfungsi untuk mempertahankan identitas dan integrasi sosial masyarakatnya.
1. Perbedaan Agama
Kita dapat menemukan berbagai macam agama di sekitar lingkungan tempat tinggal serta banyak menemukan banyak perbedaan. Kalian mungkin merasa asing dengan upacara persembahyangan agama yang berbeda dengan agama yang kalian peluk. Hal ini wajar karena setiap agama memiliki tuntunan dalam melaksanakan persembahyangan atau upacara keagamaan. Setiap agama memiliki tuntunan cara persembahyangan yang berbeda. Kita perlu mengetahui bagaimana setiap umat beragama memiliki tempat ibadah dan melaksanakan kegiatan upacara keagamaan atau persembahyangan. Sebagai contoh, ketika umat Islam melaksanakan salat Idul Fitri di lapangan, umat beragama lain perlu memahami bahwa kegiatan di lapangan tersebut merupakan upacara keagamaan/ persembahyangan. Tentu saja, hanya pemeluk agama Islam yang melaksanakan kegiatan salat Idul Fitri. Namun demikian, pemeluk agama lain membantu menciptakan suasana agar salat berlangsungaman dan nyaman. Toleransi dalam beragama bukan berarti kita mencampur adukkan ajaran agama, tetapi saling menghormati dan membantu menciptakan keamanan dan kenyamanan umat beragama lain dalam beribadah.
a. Agama Islam
Pada saat ini, agama Islam merupakan agama yang dipeluk sebagian besar masyarakat Indonesia. Menurut sensus tahun 2010, sebanyak 87,2 % penduduk Indonesia beragama Islam. Kalian tentu masih ingat pelajaran IPS Kelas VII, yang mengisahkan perkembangan kerajaan-kerajaan bercorak Islam di Indonesia. Agama Islam diperkirakan telah sampai di Indonesia pada abad VII yang kemudian diikuti perkembangan kerajaan-kerajaan bercorak Islam di Indonesia. Sebelum kedatangan Islam di Indonesia telah berkembang agama Hindu dan Buddha sejak sekitar abad IV M.
Apabila kalian bukan beragama Islam, kalian perlu memahami berbagai hari penting yang sering diperingati pemeluk Islam. Hal ini bukan untuk tujuan membandingkan antaragama, tetapi supaya kita dapat membantu kelancaran kegiatan agama lain. Umat Islam memiliki beberapa hari besar yang dirayakan setiap tahun seperti hari raya Idulfitri dan hari raya Idul Adha. Hari Jumat juga merupakan hari penting bagi umat Islam. Pada hari Jumat semua laki-laki wajib melaksanakan ibadah salat Jumat secara berjamaah di masjid. Beberapa hari penting yang selalu diperingati, seperti hari raya tahun baru hijrah, hari kelahiran Maulid Nabi Muhammad SAW, dan hari turunnya wahyu Al-Qur’an
|
Sumber: http://www.islamicsupremecouncil.com/masajid-mosques-and-islamic-centres-in-canada/ Gambar 3. Masjid sebagai tempat ibadah umat Islam |
b. Agama Kristen Protestan
Kristen Protestan berkembang di Indonesia selama masa kolonial Belanda (VOC) sekitar abad XVI. Pada abad XX, Kristen Protestan berkembang dengan sangat pesat, yang ditandai dengan kedatangan para misionaris dari Eropa ke beberapa wilayah di Indonesia, seperti di wilayah barat Papua, Sumatra Utara, Sulawesi Utara, dan Jawa.
|
Sumber: http://www.jurukunci.net/2013/11/11-bangunan-paling-bersejarah-yang-ada.html Gambar 4. Gereja sebagai tempat ibadah umat Protestan |
c. Agama Kristen Katolik
Kedatangan agama Kristen Katolik bersamaan dengan penjelajahan bangsa-bangsa Barat ke Indonesia. Kristen Katolik tiba di Indonesia saat kedatangan bangsa Portugis, yang diperkuat dengan kedatangan bangsa Spanyol.
|
Sumber: http://bersatulahdalamgerejakatolik.blogspot.co.id/2015/08/gerejakatolik-st-paulus-pekanbaru-akan.html Gambar 5. Gereja sebagai tempat ibadah umat Katolik
|
Salah satu tujuan Portugis ke Indonesia adalah menyebarkan agama Katolik Roma di Indonesia, yang dimulai di Kepulauan Maluku pada tahun 1534. Antara tahun 1546 dan 1547, pelopor misionaris Kristen, Fransiskus Xaverius, mengunjungi pulau itu dan membaptis ribuan penduduk setempat. Selanjutnya, para misionaris giat menyebarkan agama Katolik ke berbagai wilayah Indonesia. Hari raya umat Kristen Katolik adalah hari Natal, yang diperingati setiap tanggal 25 Desember. Selain itu, umat Katolik memiliki beberapa hari penting yang juga selalu diperingati, misalnya hari raya Paskah dan hari raya Kenaikan Isa Almasih.
d. Agama Hindu
Agama Hindu diperkirakan telah masuk ke Indonesia sejak awal abad Masehi. Pada saat mempelajari perkembangan kerajaan Hindu-Buddha di Indonesia, kalian tentu ingat kapan agama Hindu dan Buddha masuk ke Indonesia. Kalian tentu masih ingat beberapa teori proses masuk dan berkembangnya agama Hindu di Indonesia.
|
Sumber: https://purahindu.wordpress.com/page/4/ Gambar 6. Pura sebagai tempat ibadah umat Hindu |
Beberapa upacara keagamaaan pada hari-hari penting agama Hindu misalnya hari raya Galungan, hari raya Nyepi, dan hari Saraswati. Agama Hindu kaya akan berbagai upacara atau tradisi keagamaan.
e. Agama Buddha
Perkembangan agama Buddha diperkirakan terjadi bersamaan dengan perkembangan agama Hindu. Kerajaan Sriwijaya di Sumatra merupakan salah satu pusat studi agama Buddha di Asia Tenggara. Banyak sarjana dari Tiongkok dan bangsa-bangsa Asia Timur mempelajari agama Buddha di Sriwijaya.
|
Sumber: www.greatindonesia.com/article/detail/470/Bogor-Punya-Buddha-Tidur-di-Vihara-Buddha-Dharma-8-Pho-Sat Gambar 7. Wihara sebagai tempat ibadah umat Buddha. |
Beberapa upacara agama Budha yaitu Hari Raya Waisak dan Ulambana. Waisak dirayakan pada bulan Mei pada waktu terang bulan (purnama sidhi) untuk memperingati 3 (tiga) peristiwa penting, yaitu lahirnya Pangeran Siddharta, Pangeran Siddharta mencapai Penerangan Agung dan menjadi Buddha, dan wafatnya Buddha Gautama.
f. Agama Konghucu
Kehadiran Agama Konghucu di Indonesia telah berlangsung berabad-abad lamanya. Contoh: Kelenteng Ban Hing Kiong di Manado yang didirikan pada tahun 1819, Kelenteng Boen Tjhiang Soe di Surabaya. Umat Konghucu banyak memiliki hari penting, tetapi hari raya yang terkenal dan telah menjadi hari libur nasional di Indonesia adalah hari raya Imlek.
|
Sumber: http://kelentengdewisamudra.blogspot.co.id/2009/05/peresmian-kelenteng-dewi-samudra.html Gambar 8 Kelenteng sebagai tempat ibadah umat Konghucu. |
Jauh sebelum agama Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Buddha, dan Konghucu berkembang, di Indonesia telah berkembang berbagai aliran kepercayaan. Sampai saat ini, kalian dapat menemukan berbagai aliran kepercayaan yang dianut sebagian masyarakat Indonesia.
2. Perbedaan Budaya
Koentjaraningrat (1996) menjelaskanbahwa kata kebudayaan berasal dari Sansekerta buddhayah, yang merupakan bentuk jamak dari buddhi yang berarti “budi” atau “ kekal”. Culture adalah kata asing yang berasal dari kata bahasa Latin colere (yang berarti “mengolah”, “mengerjakan”, dan terutama berhubungan dengan pengolahan tanah atau bertani), memiliki makna yang sama dengan kebudayaan, yang kemudian berkembang maknanya menjadi “segala daya upaya serta tindakan manusia untuk mengolah tanah dan mengubah alam”.
• Menurut Koentjaraningrat, budaya merupakan sebuah sistem gagasan dan rasa, sebuah tindakan serta karya yang dihasilkan oleh manusia di dalam kehidupan bermasyarakat, yang dijadikan kepunyaannya dengan belajar.
• Menurut E.B. Taylor, budaya ialah suatu keseluruhan yang kompleks meliputi kepercayaan, kesusilaan, seni, adat istiadat, hukum, kesanggupan, dan kebiasaan lainnya yang dipelajari oleh manusia sebagai bagian dari masyarakat.
• Menurut Linton, budaya merupakan keseluruhan dari sikap dan pola perilaku serta pengetahuan yang merupakan suatu kebiasaan yang diwariskan dan dimiliki oleh suatu anggota masyarakat.
a. Gagasan (Wujud Ideal)
Wujud ideal kebudayaan merupakan kebudayaan yang berbentuk kumpulan ide, gagasan, nilai, norma, peraturan, dan sebagainya yang sifatnya abstrak atau tidak nyata, tidak dapat diraba atau disentuh. Ide dan gagasan tentu berada dalam pemikiran manusia. Wujud kebudayaan berupa pemikiran manusia dapat dilihat dalam karya-karya tulis. Tulisan berupa pemikiran berada dalam karangan dan buku-buku hasil karya para penulis warga masyarakat tersebut pada waktu tertentu.
b. Aktivitas (Tindakan)
Aktivitas adalah wujud kebudayaan sebagai suatu tindakan berpola dari manusia dalam masyarakat, yang disebut juga dengan sistem sosial. Sistem sosial ini terdiri dari aktivitas-aktivitas manusia yang saling berinteraksi, mengadakan kontak, serta bergaul dengan manusia lainnya menurut pola-pola tertentu berdasarkan adat tata kelakuan. Sifatnya konkret, terjadi dalam kehidupan sehari-hari, serta dapat diamati dan didokumentasikan.
c. Artefak (Karya)
Artefak adalah wujud kebudayaan fisik yang berupa hasil dari aktivitas, perbuatan, dan karya semua manusia dalam masyarakat berupa benda-benda atau hal-hal yang dapat diraba, dilihat, dan didokumentasikan. Sifatnya paling nyata di dibandingankan dua wujud kebudayaan yang lain. Budaya merupakan salah satu kekhasan manusia yang membedakan manusia dengan makhluk lainnya. Manusia selalu menghasilkan budaya karena manusia dikaruniai akal untuk berpikir dalam rangka memperbaiki taraf hidupnya.
Penjelasan Koentjaraningrat tentang 7 (tujuh) unsur kebudayaan dapat membantu kita lebih memahami secara nyata tentang kebudayaan. Tujuh unsur kebudayaan yang dianggap sebagai budaya universal tersebut, yaitu:
a. Peralatan dan perlengkapan hidup manusia (pakaian, perumahan, alat-alat
rumah tangga, senjata, alat-alat produksi, transpor, dan sebagainya).
b. Mata pencaharian hidup dan sistem-sistem ekonomi (pertanian, sistem
produksi, sistem distribusi, dan sebagainya).
c. Sistem kemasyarakatan (sistem kekerabatan, organisasi politik, sistem
hukum, sistem perkawinan).
d. Bahasa (lisan dan tertulis).
e. Kesenian (seni rupa, seni suara, seni gerak, dan sebagainya).
f. Sistem pengetahuan.
g. Religi (sistem kepercayaan).
Faktor yang saja yang mempengaruhi perbedaan budaya masyarakat Indonesia, banyak hal yang memengaruhi perbedaan budaya masyarakat Indonesia.
a. Perbedaan Lokasi
Perbedaan kondisi alam di Jawa dan Kalimantan menyebabkan perbedaan hasil kebudayaan berupa rumah berbagai kerajinan yang dibuat masyarakat pegunungan dengan kerajinan yang dibuat masyarakat pesisir.
|
Sumber: http://travel.detik.com/readfoto/2012/12/14/113500/2106934/1026/2/, http://kliksangatta.com/ Gambar 9. Perbedaan kerajinan masyarakat pegunungan dan pesisir pantai.
|
b. Perbedaan Agama/Keyakinan
Agama Hindu dan Buddha banyak meninggalkan hasil kebudayan berupa patung dan relief pada dinding-dinding candi. Hal ini tidak dapat dipisahkan dari sistem kepercayaan Hindu-Buddha yang menjadikan candi sebagai salah satu tempat suci. Relief pada dinding-dinding candi Hindu-Buddha biasanya juga mengandung berbagai ajaran untuk umatnya. Pusat-pusat kebudayaan pada masa kerajaan Hindu-Buddha di Sumatra dapat kalian temukan di Riau, Jambi, Sumatra Utara, Sumatra Barat, Sumatra Selatan, dan Lampung. Adapun di Pulau Jawa kalian dapat menemukannya di Bogor, Bandung, Yogyakarta, Surakarta, Malang, dan Mojokerto (dekat Surabaya). Pada masa perkembangan kerajaan Islam, hasil seni bangunan dan ukir reliefpatung bergeser menjadi seni ukir kaligrafi dan bangunan masjid. Selain kedua hal tersebut, perbedaan budaya juga disebabkan faktor-faktor lain, seperti adat-istiadat, kebiasaan, dan tradisi.
Di Indonesia terdapat banyak suku bangsa. Karena Indonesia memiliki beragam suku bangsa, bentuk kebudayaannya juga beragam. Setiap daerah memiliki kebudayaan daerah yang khas. Keragaman budaya daerah dapat diketahui melalui bentuk-bentuk pakaian adat, lagu daerah, tarian daerah, rumah adat, alat musik, seni pertunjukan, dan upacara adat.
|
Sumber: https://whatamiwithoutyou.wordpress.com/2013/01/20/sendratari-ramayana-prambanan/ Gambar 12 Para turis sedang menonton tarian Ballet Ramayana. |
Perhatikan Gambar 12, yang menunjukkan ketertarikan para turis saat melihat Sendra Tari Ballet Ramayana di Prambanan Yogyakarta. Kebudayaan yang masih berkembang di Yogyakarta merupakan salah satu daya tarik wisatawan berkunjung ke Yogyakarta. Banyaknya wisatawan yang berkunjung ke Yogyakarta membantu kegiatan perekonomian masyarakat Yogyakarta. Berbagai barang dan jasa diperjualkan di kota pelajar tersebut. Ratusan hotel, rumah makan, biro perjalanan, produksi cindera mata, seni kerajinan, dan sebagainya tumbuh subur di Yogyakarta.
b. Mengembangkan Kebudayaan Nasional
Kebudayaan nasional adalah puncak dari kebudayaan-kebudayaan daerah. Kebudayaan daerah akan memperkaya kebudayaan nasional. Kebudayaan nasional merupakan suatu kebudayaan yang didukung oleh sebagian besar warga suatu negara dan memiliki syarat mutlak bersifat khas dan dibanggakan, serta memberikan identitas terhadap warga. Budaya nasional adalah budaya yang dihasilkan oleh masyarakat bangsa tersebut sejak zaman dahulu hingga kini sebagai suatu karya yang dibanggakan yang memiliki kekhasan bangsa tersebut dan memberi identitas warga, serta menciptakan suatu jati diri bangsa yang kuat. Pakaian batik merupakan salah satu contoh budaya nasional. Batik adalah hasil dari budaya lokal. Beberapa daerah di Indonesia dapat menciptakan batik dengan corak khas yang berbeda-beda. Batik kemudian diangkat menjadi salah satu pakaian nasional. Dengan demikian, budaya lokal menjadi budaya nasional.
c. Tertanamnya Sikap Toleransi
Kekayaan budaya bangsa Indonesia merupakan tantangan untuk bersikap toleran. Keragaman budaya yang dimiliki bangsa Indonesia semakin menambah kesadaran masyarakat bahwa pada hakikatnya manusia memiliki perbedaan. Karena itu, perbedaan kebudayaan adalah hal biasa, tidak perlu dipertentangkan. Setiap budaya ingin dikembangkan. Perlu sikap saling mendukung serta kebersamaan dalam upaya mengembangkan kebudayaan. Kebudayaan Indonesia bukan milik satu suku bangsa, tetapi milik seluruh rakyat Indonesia.
|
Sumber: http://www.satujam.com/suku-dan-etnis-indonesia/ Gambar 13 Keragaman budaya perlu disyukuri bangsa Indonesia. |
d. Saling Melengkapi Hasil Budaya
|
Sumber: http://piko.aminus3.com/image/2012-12-15.html, https://terompah9.wordpress.com/2011/12/12/ festival-nasional-kesenian-tari-nusantara-2011/ Gambar 2.25 Festival tarian Nusantara menunjukkan kekayaan budaya Indonesia.
|
Kebudayaan sebagai hasil pemikiran dan kreasi manusia tidak pernah sempurna. Keanekaragaman budaya di Indonesia justru memberikan kesempatan untuk saling mengisi. Sebagai contoh, masyarakat Indonesia di berbagai daerah memiliki berbagai corak seni bangunan, lukis, kain tenun, dan sebagainya. Kekayaan corak seni tersebut apabila berinteraksi akan menghasilkan inovasi budaya baru yang sangat berharga. Saat ini, misalnya, dikembangkan di seluruh masyarakat Indonesia. Pada masa lalu, seni membatik lebih banyak dikembangkan masyarakat suku Jawa, khususnya Jawa Tengah dengan corak atau motif batik Jawa. Pada saat ini, masyarakat di berbagai daerah memiliki motif batik yang khas yang mencerminkan karakteristik budaya setempat.
e. Mendorong Inovasi Kebudayaan
Inovasi kebudayaan merupakan pembaharuan kebudayaan untuk menjadi lebih baik. Sebagai contoh, kebudayaan berupa teknologi pertanian yang telah diwariskan nenek moyang. Setiap masyarakat memiliki cara bercocok tanam yang kadang berbeda. Perbedaan ini tentu didasari berbagai alasan. Setiap kelompok masyarakat melakukan interaksi yang berpengaruh pada cara berpikir dan hasil kebudayaan. Itulah hasil komunikasi cara bertani yang menghasilkan cara baru dan khas dalam pertanian. Interaksi itu bersifat khas dan unik. Oleh karena itu, pola bercocok tanam yang dihasilkan juga khas dan unik.
|
Sumber: http://abiummi.com/, http://www.balitoursclub.net/pura-taman-ayun/ Gambar 2.26 Menara Masjid Kudus dan Bale Kul Kul Taman Ayun Bali. |
Bentuk-bentuk inovasi kebudayaan dapat terjadi karena akulturasi dan asimilasi. Gambar tersebut memberikan informasi tentang salah satu bentuk akulturasikebudayaan di Indonesia. Gambar tersebut membuktikan nenek moyang bangsa Indonesia sangat kreatif dan sangat terbuka. Menara Masjid Kudus memiliki bentuk yang sama dengan Bale Kul Kul pura Taman Ayun di Bali. Walaupun bentuknya sama, tetapi fungsinya berbeda.Bale Kul Kul memiliki fungsi sebagai tempat upacara keagamaan umat Hindu, sedangkan menara Masjid Kudus memiliki fungsi untuk mengumandangkan bedug dan azan. Interaksi budaya di atas menunjukkan sikap toleran masyarakat pada masa lalu
Bangsa Indonesia memiliki lebih dari 300 kelompok etnik atau suku bangsa. Suku Jawa adalah kelompok suku terbesar di Indonesia dengan jumlah mencapai 41% dari total populasi. Sebagian besar suku Jawa tinggal di Pulau Jawa, terutama Jawa Tengah dan Jawa Timur. Banyak dari anggota suku ini telah
bertransmigrasi dan tersebar ke berbagai pulau di Nusantara bahkan bermigrasi ke luar negeri. Suku Sunda, suku Melayu, dan suku Madura secara berurutan adalah kelompok terbesar berikutnya di negara ini.
Berikut ini merupakan contoh nama suku bangsa dan lokasi atau tempat yang paling banyak didiami/ditinggali:
Tabel 1. Nama Suku Bangsa dan Daerah Asal
Nama Suku Bangsa
|
Daerah Asal
|
Aceh, Gayo,Tamiang Ulu Sangkil,
Aneuk Jamee, Kluet, Gumbak Cadek, dan Simeulue
|
Aceh
|
Batak Toba, Batak Karo, Batak
Mandailing, Nias, Simalungun, Asahan, dan Angkola
|
Sumatra
Utara
|
Minangkabau,
Gusci, Caniago, Tanjung Kato, Panyali,
Sikumbang, dan Mentawai
|
Sumatra Barat
|
Komering, Palembang, Pasemah,
Sameda, Ranau, Kisam, Ogan, Lematang, Rejang, Rawas, dan Kubu
|
Sumatra Selatan
|
Bangka, Belitung, Mendanau,
Rawas, dan Semendo
|
Bangka Belitung
|
Sunda
|
Jawa Barat
|
Betawi
|
DKI Jakarta
|
Jawa, Samin, dan Karimun
|
Jawa Tengah
|
Madura, Jawa, Osing, dan
Tengger
|
Jawa Barat
|
Dayak, Ngaju, Apo Kayan, Murut,
Poanan, dan Ot
Danun
|
Kalimantan Barat
|
Bulungan, Tidung, Kenyah,
Berusuh, Abai, dan Kayan
|
Kalimantan Timur
|
Banjar Hulu dan Banjar Kuala
|
Kalimantan Selatan
|
Lawang, Dusun, Bakupai, dan
Ngaju
|
Kalimantan Tengah
|
Sasak, Sumbawa, Bima
|
Nusa Tenggara Barat
|
Timor, Rote, Sabu, Manggarai,
Ngada, Ende Lio, Larantuka, dan Sumba
|
Nusa Tenggara Timur
|
Kaali, Kuwali, Panuma, Mori,
Balatar, dan Banggai
|
Sulawesi Tengah
|
Wolia, Laki, Muna, Buton,
Balatar
|
Sulawesi Tenggara
|
Sangir, Talaud, Minahasa,
Bolaang Mongondow, dan Bantik
|
Sulawesi Utara
|
Makasar, Bugis, Toraja, Mandar,
Selayar, dan Bone
|
Sulawesi Selatan
|
Bali
|
Bali
|
Ambon, Alifuru, Togite, dan
Faru
|
Maluku
|
Setiap suku bangsa memiliki derajat yang sama. Sejak ribuan tahun yang lalu, berbagai suku bangsa di Indonesia hidup berdampingan secara harmonis. Berbagai suku bangsa di Indonesia saling memahami dan menghargai berbagai perbedaan yang ada.
Pada masa sekarang, kita dapat menemukan berbagai suku bangsa di berbagai daerah di Indonesia. Hal ini membuktikan bahwa suku bangsa Indonesia sangat terbuka menerima kedatangan berbagai suku bangsa yang berbeda.
Mereka hidup berdampingan dan bekerja sama untuk membangun bangsa dan negara. Bahkan, banyak masyarakat yang melakukan perkawinan campur. Mungkin saja beberapa teman kita atau bahkan orangtua kita sendiri yang menikah dari berbeda suku bangsa.
4. Perbedaan Pekerjaan
Pekerjaan merupakan salah satu bentuk kegiatan ekonomi yang dilakukan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan. Pada saat ini, kalian dapat menemukan berbagai jenis pekerjaan baik sektor formal maupun nonformal.
Pekerjaan formal merupakan jenis pekerjaan yang dilakukan pelaku usaha resmi baik pemerintah maupun swasta, contohnya pegawai bank, pegawai pemerintah, guru dan lain sebagainya. Pekerjaan formal menyebabkan individu terikat secara langsung dengan sistem dan aturan yang berlaku.
Kondisi tersebut berbeda dengan pekerjaan nonformal seperti pemilik bengkel, petani, penjual di pasar, dan pelaku usaha mandiri lainnya. Mereka bekerja secara mandiri, tak tergantung pada pihak lain.
Semua pekerjaan itu mulia selama pekerjaan tersebut bermanfaat bagi diri dan orang lain. Tidak ada yang lebih rendah atau lebih tinggi derajatnya. Semua profesi saling membutuhkan. Rantai kehidupan manusia tersusun sedemikian rupa sehingga saling membutuhkan.
5. Peran dan Fungsi Keragaman Budaya
Setiap suku bangsa memiliki wujud kebudayaan yang berbeda-beda seperti tarian. Tarian daerah sebagai salah satu kekayaan budaya bangsa Indonesia dan daya tarik bangsa asing. Kekayaan kesenian berupa tarian daerah, menjadi salah satu daya pikat wisatawan.
Tarian hanya sebagian dari keragaman budaya bangsa Indonesia. Keragaman budaya daerah dapat dikenali melalui bentuk-bentuk pakaian adat, lagu daerah, tarian daerah, rumah adat, alat musik, seni pertunjukan, upacara adat, dan lain-lain.
Berikut peran dan fungsi keragaman budaya dalam pembangunan nasional sebagai berikut:
a. Sebagai Daya Tarik Bangsa Asing
Indonesia adalah salah satu tujuan wisata dari berbagai negara. Salah satu daya tarik wisatawan mancanegara adalah kekayaan budaya bangsa Indonesia.
Sebagai contoh, kebudayaan yang masih berkembang di Yogyakarta merupakan salah satu daya tarik wisatawan berkunjung ke Yogyakarta. Banyaknya wisatawan yang berkunjung ke Yogyakarta membantu kegiatan perekonomian masyarakat Yogyakarta. Berbagai barang dan jasa diperjualkan di kota pelajar tersebut. Ratusan hotel, rumah makan, biro perjalanan, produksi cindera mata, seni kerajinan, dan sebagainya tumbuh subur di Yogyakarta.
b. Mengembangkan Kebudayaan Nasional
Kebudayaan nasional adalah puncak dari kebudayaan-kebudayaan daerah. Kebudayaan daerah akan memperkaya kebudayaan nasional. Kebudayaan nasional adalah suatu kebudayaan yang didukung oleh sebagian besar warga suatu negara dan memiliki syarat mutlak bersifat khas dan dibanggakan, serta memberikan identitas terhadap warga.
Pakaian batik merupakan salah satu contoh budaya nasional. Batik adalah hasil dari budaya lokal. Beberapa daerah di Indonesia dapat menciptakan batik dengan corak khas yang berbeda-beda. Batik kemudian diangkat menjadi salah satu pakaian nasional. Dengan demikian, budaya lokal menjadi budaya nasional.
c. Tertanamnya Sikap Toleransi
Keragaman budaya yang dimiliki bangsa Indonesia semakin menambah kesadaran masyarakat bahwa pada hakikatnya manusia memiliki perbedaan. Perbedaan kebudayaan adalah hal biasa, tidak perlu dipertentangkan. Setiap budaya ingin dikembangkan. Perlu sikap saling mendukung serta kebersamaan dalam upaya mengembangkan kebudayaan. Kebudayaan Indonesia bukan milik satu suku bangsa, tetapi milik seluruh rakyat Indonesia.
d. Saling Melengkapi Hasil Budaya
Kebudayaan sebagai hasil pemikiran dan kreasi manusia tidak pernah sempurna. Keanekaragaman budaya di Indonesia justru memberikan kesempatan untuk saling mengisi. Kekayaan corak seni apabila berinteraksi akan menghasilkan inovasi budaya baru yang sangat berharga.
Pada masa lalu, seni membatik lebih banyak dikembangkan masyarakat suku Jawa, khususnya Jawa Tengah dengan corak atau motif batik Jawa. Pada saat ini, masyarakat di berbagai daerah memiliki motif batik yang khas yang mencerminkan karakteristik budaya setempat.
e. Mendorong Inovasi Kebudayaan
Inovasi kebudayaan merupakan pembaharuan kebudayaan untuk menjadi lebih baik. Bentuk-bentuk inovasi kebudayaan dapat terjadi karena akulturasi dan asimilasi.
Sebagai contoh, menara Masjid Kudus memiliki bentuk yang sama dengan Bale Kul Kul pura Taman Ayun di Bali. Walaupun bentuknya sama, tetapi fungsinya berbeda. Bale Kul Kul memiliki fungsi sebagai tempat upacara keagamaan umat Hindu, sedangkan menara Masjid Kudus memiliki fungsi untuk mengumandangkan bedug dan azan. Interaksi budaya di atas menunjukkan sikap toleran masyarakat pada masa lalu.
0 comments:
Post a Comment