Keasrian Sekolah SMP N 2 Kemangkon

Bannyaknya pepohonan di SMP N 2 Kemangkon menambah kesejukan dan keasrian sekolah.

Taman Sekolah

Taman sekolah menambah keindahan SMP N 2 Kemangkon.

Pot Gantung

Pot-pot yang digantung sepanjang ruang menambah suasana makin sejuk dan indah.

Karya Mural Siswa

Tembok pun disulap menjadi sebagai wadah kreativitas siswa.

Taman Depan Kelas

Taman depan kelas selain menambah keasrian sekolah sekaligus sebagai bentuk ekspresi tiap-tiap warga kelasnya.

KEUNGGULAN DAN KETERBATASAN ANTARRUANG DAN PENGARUHNYA TERHADAP KEGIATAN EKONOMI, SOSIAL, BUDAYA DI INDONESIA DAN ASEAN

 C. Konflik dan Integrasi dalam Kehidupan Sosial

1. Konflik dalam Kehidupan Sosial

a. Pengertian Konflik

Pengertian konflik menurut ahli:

A. Menurut Robert M.Z. Lawang, konflik adalah perjuangan untuk memperoleh hal-hal yang langka, seperti nilai, status, kekuasaan, dan sebagainya dengan tujuan tidak hanya memperoleh keuntungan, tetapi juga untuk menundukkan pesaingnya. Konflik terjadi karena benturan kekuatan dan kepentingan antara satu kelompok dan kelompok lain dalam rangka memperebutkan sumber-sumber kemasyarakatan (ekonomi, politik, sosial, dan budaya) yang relatif terbatas.

B. Menurut Kartono, konflik merupakan proses sosial yang bersifat antagonistik dan terkadang tidak bisa diserasikan karena dua belah pihak yang berkonflik memiliki tujuan, sikap, dan struktur nilai yang berbeda, yang tercermin dalam berbagai bentuk perilaku perlawanan, baik yang halus, terkontrol, tersembunyi, tidak langsung, terkamuflase maupun yang terbuka dalam bentuk tindakan kekerasan.

Siapa saja yang dapat melakukan konflik? Semua orang dapat terlibat konflik. Pada pelajaran Kelas VII, kalian mempelajari interaksi dapat terjadi antarindividu, individu dengan kelompok, dan kelompok dengan kelompok.
Kalian mungkin pernah mendengar atau membaca berita tentang pertengkaran antarteman di sekolah. Kejadian ini digolongkan konflik antarindividu. Adapun konflik antara majikan dan buruh dapat dimasukan dalam kategori konflik individu dengan kelompok. Contoh konflik antara kelompok dan kelompok adalah konflik para pedagang kaki lima dengan para petugas ketertiban. Konflik bahkan dapat melibatkan dalam skala lebih luas. Konflik antarkelompok dan juga dapat berupa konflik antarsuku bahkan antarbangsa atau antarnegara. Perjuangan negara Palestina melawan penguasaan Israel pada saat sekarang merupakan salah satu bentuk konflik antarnegara.

b. Faktor-Faktor Penyebab Konflik Sosial
Mengapa terjadi konflik? Akar konflik adalah perbedaan. Berikut ini merupakan beberapa penyebab konflik yang biasanya terjadi dalam kehidupan manusia.
1) Perbedaan Individu
Manusia adalah individu yang unik. Jangankan manusia yang berbeda orang tua, suku, dan ras. Manusia yang lahir dari dalam satu rahim pun memiliki banyak perbedaan. Walaupun secara fisik sekilas sama, seperti dalam kasus bayi kembar, belum tentu pendirian dan perasaan kedua kembar tersebut sama. Perbedaan pendirian dan perasaan akan sesuatu hal atau lingkungan yang nyata ini dapat menjadi faktor penyebab konflik sosial. Sebab, dalam menjalani hubungan sosial, seseorang tidak selalu sejalan dengan kelompoknya. Sebagai contoh, para siswa dalam satu kelasmu tentu berbeda tanggapannya ketika mendengarkan musik dangdut. Ada yang merasa terganggu karena suara gendang, tetapi ada pula yang merasa terhibur.

2) Perbedaan Latar Belakang Kebudayaan
Orang dibesarkan dalam lingkungan kebudayaan yang berbeda-beda. Dalam lingkup yang lebih luas, berbagai kelompok kebudayaan bisa saja memiliki nilai- nilai dan norma-norma sosial yang berbeda-beda. Perbedaan-perbedaan inilah yang dapat mendatangkan konflik sosial, sebab kriteria tentang sopan-tidak sopan, pantas-tidak pantas, atau bahkan berguna atau tidak bergunanya sesuatu baik itu benda fisik maupun nonfisik bisa berbeda-beda.

3) Perbedaan Kepentingan




Kalian    perhatikan    Gambar
2.28   tentang    penolakan sebagian   warga   terhadap rencana   pembangunan   bandara di Kulonprogo, Yogyakarta. Pemerintah dan pengusaha yakin bahwa pembangunan bandara di Kulonprogo akan meningkatkan ekonomi masyarakat. Namun, sebagian masyarakat tidak setuju karena khawatir lahan pertanian akan hilang, ganti rugi kurang jelas, dan berbagai alasan lainnya. Peristiwa    ini    menggambarkan

bahwa dalam melaksanakan pembangunan, pemerintah menghadapi berbagai kelompok yang memiliki kepentingan berbeda. Kalian tentu sering menemukan berbagai kasus pembangunan di sekitar tempat tinggalmu yang memicu konflik karena perbedaan sikap antara pemerintah dan warga.
Bentrokan kepentingan dapat terjadi di bidang ekonomi, politik, dan sebagainya. Hal ini karena setiap individu memiliki kebutuhan dan kepentingan yang berbeda dalam melihat atau mengerjakan sesuatu. Manusia memiliki perasaan, pendirian, maupun latar belakang kebudayaan yang berbeda-beda. Dalam waktu yang bersamaan, masing-masing orang atau kelompok memiliki kepentingan yang berbeda-beda. Kadang-kadang orang dapat melakukan hal yang sama, tetapi untuk tujuan yang berbeda-beda. Konflik akibat perbedaan kepentingan ini dapat pula menyangkut bidang politik, ekonomi, sosial, dan budaya. Begitu pula dapat terjadi antarkelompok atau antara kelompok dan individu.

4) Perubahan-Perubahan Nilai yang Cepat
Perundang-undangan atau peraturan yang sifatnya mengubah kebiasaan masyarakat biasanya dilakukan melalui berbagai kajian terlebih dahulu. Hal ini dilakukan supaya masyarakat tidak kaget dengan perubahan yang tiba-tiba terjadi. Sebagai contoh, peraturan merokok di tempat umum. Pemerintah tidak langsung memberlakukannya di seluruh masyarakat Indonesia, tetapi di beberapa tempat yang terbatas terlebih dahulu, lalu perlahan-lahan terus meluas dalam rangka memberi kesempatan kepada masyarakat untuk memahami peraturan tersebut. Perubahan adalah sesuatu yang lazim dan wajar terjadi, tetapi jika berlangsung cepat atau bahkan mendadak, perubahan itu akan menyebabkan konflik sosial. Suatu konflik mempunyai kecenderungan atau kemungkinan untuk mengadakan penyesuaian kembali norma-norma dan hubungan-hubungan sosial dalam kelompok bersangkutan dengan kebutuhan individu maupun bagian-bagian kelompok tersebut.

Berikut ini merupakan akibat terjadinya konflik sosial.

1) Meningkatnya Solidaritas Sesama Anggota Kelompok
Dalam kasus peristiwa pertempuran Surabaya, para pejuang tidak menghiraukan perbedaan suku, agama, organisasi politik, dan sebagainya. Mereka bahu-membahu melawan Inggris (Sekutu). Terjadinya konflik dengan kelompok lain justru dapat meningkatan solidaritas sesama anggota kelompok (in-group solidarity) yang sedang mengalami konflik dengan kelompok lain.

2) Retaknya Hubungan Antarindividu atau Kelompok
Konflik yang terjadi antarindividu atau antarkelompok dapat menimbulkan keretakan hubungan. Keretakan tersebut dapat terjadi sementara ataupun permanen. Kalian mungkin pernah konflik dengan temanmu, yang menyebabkan dalam beberapa waktu tidak terjalin hubungan yang baik. Namun, karena kemudian saling menyadari kesalahan, kalian berdua akhirnya saling memaafkan.

3) Terjadinya Perubahan Kepribadian para Individu
Perubahan kepribadian dapat terjadi pada kedua belah pihak yang mengalami konflik. Kedua belah pihak dapat saling menyesuaikan atau justru masing-masing mempertahankan kebenaran yang diyakini.

4) Rusaknya Harta Benda dan Bahkan Hilangnya Nyawa Manusia
Konflik yang berujung pada kekerasan fisik dapat menyebabkan kerusakan dan hilangnya nyawa manusia. Sebagai contoh, konflik yang diakhiri dengan peperangan.
5) Terjadinya Akomodasi, Dominasi, Bahkan Penaklukan Salah Satu Pihak yang Terlibat dalam Pertikaian.

d. Cara Menangani Konflik
Bagaimana sikap individu atau kelompok sosial atas terjadinya konflik? Terdapat 5 (lima) cara yang biasanya digunakan individu atau kelompok dalam menyelesaikan konflik sosial.

1) Menghindar
Kadang orang merasa tidak ada manfaatnya melanjutkan konflik dengan orang atau kelompok lain. Hal ini mungkin disebabkan keyakinan bahwa dia tidak akan menang menghadapi konflik. Dalam hal ini, dia mengorbankan tujuan pribadi ataupun hubungannya dengan orang lain. Orang ini berusaha menjauhi masalah yang menimbulkan konflik ataupun orang yang bertentangan dengannya

2) Memaksakan Kehendak
Terdapat individu atau kelompok yang memandang bahwa pendapatnya atau idenya paling benar. Oleh karena itu, dengan segala cara, konflik harus berakhir dengan kemenangan di pihaknya. Karena itu, dia atau mereka berusaha menguasai lawan-lawannya dan memaksa lawan menerima penyelesaian yang diinginkan. Tujuan pribadinya dianggap sangat penting, sedangkan hubungan dengan orang lain kurang begitu penting. Tipe ini tidak peduli terhadap kebutuhan orang lain. Ia tidak peduli apakah orang lain menyukai dan menerima dirinya atau tidak. Ia menganggap bahwa konflik harus diselesaikan dengan cara satu pihak harus menang.

3) Menyesuaikan Kepada Keinginan Orang Lain
Terdapat individu yang ingin diterima dan disukai orang lain. Ia merasa bahwa konflik harus dihindari demi keserasian (harmoni) dan ia yakin bahwa konflik tidak dapat dibicarakan jika merusak hubungan baik. Ia khawatir apabila konflik berlanjut, seseorang akan terluka dan hal itu akan menghancurkan hubungan pribadi dengan orang tersebut. Ia mengorbankan tujuan pribadi untuk mempertahankan hubungan dengan orang lain.

4) Tawar Menawar
Dalam proses   tawar-menawar,   individu   akan   mengorbankan   sebagian
tujuannya dan meminta lawan konflik mengorbankan sebagian tujuannya juga.

5) Kolaborasi
Kolaborasi memandang konflik sebagai masalah yang harus diselesaikan. Atas dasar itu, dicarilah cara-cara untuk mencari cara mengurangi ketegangan kedua belah pihak. Ia berusaha memulai sesuatu pembicaraan yang dapat mengenali konflik sebagai suatu masalah dan mencari pemecahan yang memuaskan keduanya.

2. Integrasi Sosial

Faktor-faktor Terbentuknya Integrasi
Integrasi sosial adalah proses penyesuaian unsur-unsur yang berbeda dalam masyarakat sehingga menjadi satu kesatuan. Unsur-unsur yang berbeda tersebur dapat meliputi ras, etnis, agama, bahasa, kebiasaan, sistem nilai, dan lain sebagainya. Menurut Baton, integrasi adalah suatu pola hubungan yang mengakui adanya perbedaan ras dalam masyarakat, tetapi tidak memberikan fungsi penting pada perbedaan ras tersebut. William F. Ogburn dan Meyer Nimkoff memberi syarat
terjadinya integrasi sosial, yaitu sebagai berikut:
1. Anggota masyarakat merasa bahwa mereka berhasil saling mengisi kebutuhan- kebutuhan mereka.
2. Masyarakat berhasil menciptakan kesepakatan (konsensus) bersama mengenai nilai dan norma.
3. Nilai dan norma sosial itu berlaku cukup lama dan dijalankan secara konsisten.

Faktor yang memengaruhi cepat atau lambatnya proses integrasi:
1. Homogenitas kelompok. Pada masyarakat yang homogenitasnya rendah integrasi sangat mudah tercapai, demikian juga sebaliknya.
2. Besar kecilnya kelompok. Jumlah anggota kelompok memengaruhi cepat lambatnya integrasi karena membutuhkan penyesuaian di antara anggota.
3. Mobilitas geografis. Semakin sering anggota suatu masyarakat datang dan pergi,
semakin besar pengaruhnya bagi proses integrasi.
4. Efektifitas komunikasi. Semakin efektif komunikasi, semakin cepat pula
integrasi anggota-anggota masyarakat tercapai.

Bentuk-bentuk integrasi sosial:
1. Integrasi normatif: integrasi yang terjadi akibat adanya norma-norma yang berlaku di masyarakat. Contoh: masyarakat Indonesia dipersatukan dengan semboyan Bhineka Tunggal Ika.
2. Integrasi fungsional: integrasi yang terbentuk sebagai akibat adanya fungsi- fungsi tertentu dalam masyrakat. Sebagai contoh, Indonesia yang terdiri dari berbagai suku mengintegrasikan dirinya dengan melihat fungsi masing-masing: suku Bugis melaut, Jawa bertani, Minang pandai berdagang.
3. Integrasi koersif: integrasi yang dilakukan dengan cara paksaan. Hal ini biasanya dilakukan bila diyakini banyaknya akibat negatif jika integrasi tidak dilakukan, atau pihak yang diajak untuk melakukan integrasi sosial enggan melakukan/ mencerna integrasi.

Proses integrasi dilakukan melalui dua hal, yaitu:
1. Asimilasi: bertemunya dua kebudayaan atau lebih yang saling memengaruhi sehingga memunculkan kebudayaan baru dengan meninggalkan sifat asli tiap- tiap kebudayaan.
2. Akulturasi: proses sosial yang terjadi bila kelompok sosial dengan kebudayaan tertentu dihadapkan pada kebudayaan asing (baru) sehingga kebudayaan asing (baru) diserap/diterima dan diolah dalam kebudayaan sendiri tanpa meninggalkan sifat asli kebudayaan penerima.




KEUNGGULAN DAN KETERBATASAN ANTARRUANG DAN PENGARUHNYA TERHADAP KEGIATAN EKONOMI, SOSIAL, BUDAYA DI INDONESIA DAN ASEAN

 B. Pluralitas Masyarakat Indonesia




Sumber: https://www.plengdut.com/keberagaman-agama-dan-ras-di-indonesia/241/

Gambar 2 Keragaman agama di Indonesia membuktikan Indonesia bangsa yang religius.


Perhatikan Gambar 2, yang menggambarkan keragaman agama di Indonesia. Masyarakat Indonesia dikenal sebagai masyarakat religius. Beberapa agama dan kepercayaan dapat ditemukan di berbagai wilayah Indonesia. Indonesia juga memiliki banyak suku bangsa. Itulah sebabnya Indonesia kaya dengan budaya atau adat istiadat. Kondisi geografis dan sosial Indonesia juga memengaruhi berbagai kegiatan ekonomi masyarakat. Karena itu kita dapat menemukan berbagai pekerjaan masyarakat Indonesia di berbagai tempat. Kekayaan dan keanekaragaman masyarakat Indonesia baik suku, agama, ras, pekerjaan, dan lain-lain menunjukkan bahwa masyarakat Indonesia itu bersifat plural. Kata “plural” berasal dari bahasa Inggris yang artinya “jamak”, sedangkan “pluralitas” berarti kemajemukan. Pluralitas masyarakat Indonesia memiliki arti yang sama dengan kemajemukan masyarakat Indonesia. Selain istilah pluralitas, kalian juga menemukan istilah lain yang berhubungan dengan keragaman, yakni multikultutal. Multikultural berasal dari kata multi yang berarti banyak (lebih dari dua) dan culture artinya kebudayaan. Masyarakat multikultural adalah masyarakat yang memiliki lebih dari dua kebudayaan. Masyarakat multikultural tersusun atas berbagai budaya yang menjadi sumber nilai bagi terpeliharanya kestabilan kehidupan masyarakat pendukungnya. Keragaman budaya tersebut berfungsi untuk mempertahankan identitas dan integrasi sosial masyarakatnya.

1. Perbedaan Agama

Kita dapat menemukan berbagai macam agama di sekitar lingkungan tempat tinggal serta banyak menemukan banyak perbedaan. Kalian mungkin merasa asing dengan upacara persembahyangan agama yang berbeda dengan agama yang kalian peluk. Hal ini wajar karena setiap agama memiliki tuntunan dalam melaksanakan persembahyangan atau upacara keagamaan. Setiap agama memiliki tuntunan cara persembahyangan yang berbeda. Kita perlu mengetahui bagaimana setiap umat beragama memiliki tempat ibadah dan melaksanakan kegiatan upacara keagamaan atau persembahyangan. Sebagai contoh, ketika umat Islam melaksanakan salat Idul Fitri di lapangan, umat beragama lain perlu memahami bahwa kegiatan di lapangan tersebut merupakan upacara keagamaan/ persembahyangan. Tentu saja, hanya pemeluk agama Islam yang melaksanakan kegiatan salat Idul Fitri. Namun demikian, pemeluk agama lain membantu menciptakan suasana agar salat berlangsungaman dan nyaman. Toleransi dalam beragama bukan berarti kita mencampur adukkan ajaran agama, tetapi saling menghormati dan membantu menciptakan keamanan dan kenyamanan umat beragama lain dalam beribadah.

a. Agama Islam

Pada saat ini, agama Islam merupakan agama yang dipeluk sebagian besar masyarakat Indonesia. Menurut sensus tahun 2010, sebanyak 87,2 % penduduk Indonesia beragama Islam. Kalian tentu masih ingat pelajaran IPS Kelas VII, yang mengisahkan perkembangan kerajaan-kerajaan bercorak Islam di Indonesia. Agama Islam diperkirakan telah sampai di Indonesia pada abad VII yang kemudian diikuti perkembangan kerajaan-kerajaan bercorak Islam di Indonesia. Sebelum kedatangan Islam di Indonesia telah berkembang agama Hindu dan Buddha sejak sekitar abad IV M.

Apabila kalian bukan beragama Islam, kalian perlu memahami berbagai hari penting yang sering diperingati pemeluk Islam. Hal ini bukan untuk tujuan membandingkan antaragama, tetapi supaya kita dapat membantu kelancaran kegiatan agama lain. Umat Islam memiliki beberapa hari besar yang dirayakan setiap tahun seperti hari raya Idulfitri dan hari raya Idul Adha. Hari Jumat juga merupakan hari penting bagi umat Islam. Pada hari Jumat semua laki-laki wajib melaksanakan ibadah salat Jumat secara berjamaah di masjid. Beberapa hari penting yang selalu diperingati, seperti hari raya tahun baru hijrah, hari kelahiran Maulid Nabi Muhammad SAW, dan hari turunnya wahyu Al-Qur’an

Sumber: http://www.islamicsupremecouncil.com/masajid-mosques-and-islamic-centres-in-canada/
     Gambar 3. Masjid sebagai tempat ibadah umat Islam

b. Agama Kristen Protestan

Kristen Protestan berkembang di Indonesia selama masa kolonial Belanda (VOC) sekitar abad XVI. Pada abad XX, Kristen Protestan berkembang dengan sangat pesat, yang ditandai dengan kedatangan para misionaris dari Eropa ke beberapa wilayah di Indonesia, seperti di wilayah barat Papua, Sumatra Utara, Sulawesi Utara, dan Jawa.

Sumber: http://www.jurukunci.net/2013/11/11-bangunan-paling-bersejarah-yang-ada.html
Gambar 4. Gereja sebagai tempat ibadah umat Protestan


c. Agama Kristen Katolik
Kedatangan agama Kristen Katolik bersamaan dengan penjelajahan bangsa-bangsa Barat ke Indonesia. Kristen Katolik tiba di Indonesia saat kedatangan bangsa Portugis, yang diperkuat dengan kedatangan bangsa Spanyol.
Sumber: http://bersatulahdalamgerejakatolik.blogspot.co.id/2015/08/gerejakatolik-st-paulus-pekanbaru-akan.html
Gambar 5. Gereja sebagai tempat ibadah umat Katolik


Salah satu tujuan Portugis ke Indonesia adalah menyebarkan agama Katolik Roma di Indonesia, yang dimulai di Kepulauan Maluku pada tahun 1534. Antara tahun 1546 dan 1547, pelopor misionaris Kristen, Fransiskus Xaverius, mengunjungi pulau itu dan membaptis ribuan penduduk setempat. Selanjutnya, para misionaris giat menyebarkan agama Katolik ke berbagai wilayah Indonesia. Hari raya umat Kristen Katolik adalah hari Natal, yang diperingati setiap tanggal 25 Desember. Selain itu, umat Katolik memiliki beberapa hari penting yang juga selalu diperingati, misalnya hari raya Paskah dan hari raya Kenaikan Isa Almasih.

d. Agama Hindu

Agama Hindu diperkirakan telah masuk ke Indonesia sejak awal abad Masehi. Pada saat mempelajari perkembangan kerajaan Hindu-Buddha di Indonesia, kalian tentu ingat kapan agama Hindu dan Buddha masuk ke Indonesia. Kalian tentu masih ingat beberapa teori proses masuk dan berkembangnya agama Hindu di Indonesia.

Sumber: https://purahindu.wordpress.com/page/4/
Gambar 6. Pura sebagai tempat ibadah umat Hindu

Beberapa upacara keagamaaan pada hari-hari penting agama Hindu misalnya hari raya Galungan, hari raya Nyepi, dan hari Saraswati. Agama Hindu kaya akan berbagai upacara atau tradisi keagamaan. 

e. Agama Buddha
Perkembangan agama Buddha diperkirakan terjadi bersamaan dengan perkembangan agama Hindu. Kerajaan Sriwijaya di Sumatra merupakan salah satu pusat studi agama Buddha di Asia Tenggara. Banyak sarjana dari Tiongkok dan bangsa-bangsa Asia Timur mempelajari agama Buddha di Sriwijaya.
Sumber: www.greatindonesia.com/article/detail/470/Bogor-Punya-Buddha-Tidur-di-Vihara-Buddha-Dharma-8-Pho-Sat
Gambar 7. Wihara sebagai tempat ibadah umat Buddha.

Beberapa upacara agama Budha yaitu  Hari Raya Waisak dan Ulambana. Waisak dirayakan pada bulan Mei pada waktu terang bulan (purnama sidhi) untuk memperingati 3 (tiga) peristiwa penting, yaitu lahirnya Pangeran Siddharta, Pangeran Siddharta mencapai Penerangan Agung dan menjadi Buddha, dan wafatnya Buddha Gautama.

f. Agama Konghucu
Kehadiran Agama Konghucu di Indonesia telah berlangsung berabad-abad lamanya. Contoh: Kelenteng Ban Hing Kiong di Manado yang didirikan pada tahun 1819, Kelenteng Boen Tjhiang Soe di Surabaya. Umat Konghucu banyak memiliki hari penting, tetapi hari raya yang terkenal dan telah menjadi hari libur nasional di Indonesia adalah hari raya Imlek.
Sumber: http://kelentengdewisamudra.blogspot.co.id/2009/05/peresmian-kelenteng-dewi-samudra.html
Gambar 8 Kelenteng sebagai tempat ibadah umat Konghucu.

Jauh sebelum agama Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Buddha, dan Konghucu berkembang, di Indonesia telah berkembang berbagai aliran kepercayaan. Sampai saat ini, kalian dapat menemukan berbagai aliran kepercayaan yang dianut sebagian masyarakat Indonesia. 

2. Perbedaan Budaya

 Koentjaraningrat (1996) menjelaskanbahwa kata kebudayaan berasal dari Sansekerta buddhayah, yang merupakan bentuk jamak dari buddhi yang berarti “budi” atau “ kekal”. Culture adalah kata asing yang berasal dari kata bahasa Latin colere (yang berarti “mengolah”, “mengerjakan”, dan terutama berhubungan dengan pengolahan tanah atau bertani), memiliki makna yang sama dengan kebudayaan, yang kemudian berkembang maknanya menjadi “segala daya upaya serta tindakan manusia untuk mengolah tanah dan mengubah alam”.
• Menurut Koentjaraningrat, budaya merupakan sebuah sistem gagasan dan rasa, sebuah tindakan serta karya yang dihasilkan oleh manusia di dalam kehidupan bermasyarakat, yang dijadikan kepunyaannya dengan belajar.
• Menurut E.B. Taylor, budaya ialah suatu keseluruhan yang kompleks meliputi kepercayaan, kesusilaan, seni, adat istiadat, hukum, kesanggupan, dan kebiasaan lainnya yang dipelajari oleh manusia sebagai bagian dari masyarakat.
• Menurut Linton, budaya merupakan keseluruhan dari sikap dan pola perilaku serta pengetahuan yang merupakan suatu kebiasaan yang diwariskan dan dimiliki oleh suatu anggota masyarakat.
a. Gagasan (Wujud Ideal)
Wujud ideal kebudayaan merupakan kebudayaan yang berbentuk kumpulan ide, gagasan, nilai, norma, peraturan, dan sebagainya yang sifatnya abstrak atau tidak nyata, tidak dapat diraba atau disentuh. Ide dan gagasan tentu berada dalam pemikiran manusia. Wujud kebudayaan berupa pemikiran manusia dapat dilihat dalam karya-karya tulis. Tulisan berupa pemikiran berada dalam karangan dan buku-buku hasil karya para penulis warga masyarakat tersebut pada waktu tertentu.
b. Aktivitas (Tindakan)
Aktivitas adalah wujud kebudayaan sebagai suatu tindakan berpola dari manusia dalam masyarakat, yang disebut juga dengan sistem sosial. Sistem sosial ini terdiri dari aktivitas-aktivitas manusia yang saling berinteraksi, mengadakan kontak, serta bergaul dengan manusia lainnya menurut pola-pola tertentu berdasarkan adat tata kelakuan. Sifatnya konkret, terjadi dalam kehidupan sehari-hari, serta dapat diamati dan didokumentasikan.
c. Artefak (Karya)
Artefak adalah wujud kebudayaan fisik yang berupa hasil dari aktivitas, perbuatan, dan karya semua manusia dalam masyarakat berupa benda-benda atau hal-hal yang dapat diraba, dilihat, dan didokumentasikan. Sifatnya paling nyata di dibandingankan dua wujud kebudayaan yang lain. Budaya merupakan salah satu kekhasan manusia yang membedakan manusia dengan makhluk lainnya. Manusia selalu menghasilkan budaya karena manusia dikaruniai akal untuk berpikir dalam rangka memperbaiki taraf hidupnya. 
Penjelasan Koentjaraningrat tentang 7 (tujuh) unsur kebudayaan dapat membantu kita lebih memahami secara nyata tentang kebudayaan. Tujuh unsur kebudayaan yang dianggap sebagai budaya universal tersebut, yaitu:
a. Peralatan dan perlengkapan hidup manusia (pakaian, perumahan, alat-alat
    rumah tangga, senjata, alat-alat produksi, transpor, dan sebagainya).
b. Mata pencaharian hidup dan sistem-sistem ekonomi (pertanian, sistem
    produksi, sistem distribusi, dan sebagainya).
c. Sistem kemasyarakatan (sistem kekerabatan, organisasi politik, sistem
    hukum, sistem perkawinan).
d. Bahasa (lisan dan tertulis).
e. Kesenian (seni rupa, seni suara, seni gerak, dan sebagainya).
f. Sistem pengetahuan.
g. Religi (sistem kepercayaan).
Faktor yang  saja yang mempengaruhi perbedaan budaya masyarakat Indonesia, banyak hal yang memengaruhi perbedaan budaya masyarakat Indonesia.
a. Perbedaan Lokasi 
Perbedaan kondisi alam di Jawa dan Kalimantan menyebabkan perbedaan hasil kebudayaan berupa rumah berbagai kerajinan yang dibuat masyarakat pegunungan dengan kerajinan yang dibuat masyarakat pesisir.
               Sumber: http://travel.detik.com/readfoto/2012/12/14/113500/2106934/1026/2/, http://kliksangatta.com/
Gambar 9. Perbedaan kerajinan masyarakat pegunungan dan pesisir pantai.


b. Perbedaan Agama/Keyakinan
Agama Hindu dan Buddha banyak meninggalkan hasil kebudayan berupa patung dan relief pada dinding-dinding candi. Hal ini tidak dapat dipisahkan dari sistem kepercayaan Hindu-Buddha yang menjadikan candi sebagai salah satu tempat suci. Relief pada dinding-dinding candi Hindu-Buddha biasanya juga mengandung berbagai ajaran untuk umatnya. Pusat-pusat kebudayaan pada masa kerajaan Hindu-Buddha di Sumatra dapat kalian temukan di Riau, Jambi, Sumatra Utara, Sumatra Barat, Sumatra Selatan, dan Lampung. Adapun di Pulau Jawa kalian dapat menemukannya di Bogor, Bandung, Yogyakarta, Surakarta, Malang, dan Mojokerto (dekat Surabaya). Pada masa perkembangan kerajaan Islam, hasil seni bangunan dan ukir reliefpatung bergeser menjadi seni ukir kaligrafi dan bangunan masjid. Selain kedua hal tersebut, perbedaan budaya juga disebabkan faktor-faktor lain, seperti adat-istiadat, kebiasaan, dan tradisi.
Di Indonesia terdapat banyak suku bangsa. Karena Indonesia memiliki beragam suku bangsa, bentuk kebudayaannya juga beragam. Setiap daerah memiliki kebudayaan daerah yang khas. Keragaman budaya daerah dapat diketahui melalui bentuk-bentuk pakaian adat, lagu daerah, tarian daerah, rumah adat, alat musik, seni pertunjukan, dan upacara adat.
Sumber: https://whatamiwithoutyou.wordpress.com/2013/01/20/sendratari-ramayana-prambanan/
Gambar 12 Para turis sedang menonton tarian Ballet Ramayana.

Perhatikan Gambar 12, yang menunjukkan ketertarikan para turis saat melihat Sendra Tari Ballet Ramayana di Prambanan Yogyakarta. Kebudayaan yang masih berkembang di Yogyakarta merupakan salah satu daya tarik wisatawan berkunjung ke Yogyakarta. Banyaknya wisatawan yang berkunjung ke Yogyakarta membantu kegiatan perekonomian masyarakat Yogyakarta. Berbagai barang dan jasa diperjualkan di kota pelajar tersebut. Ratusan hotel, rumah makan, biro perjalanan, produksi cindera mata, seni kerajinan, dan sebagainya tumbuh subur di Yogyakarta.
b. Mengembangkan Kebudayaan Nasional
Kebudayaan nasional adalah puncak dari kebudayaan-kebudayaan daerah. Kebudayaan daerah akan memperkaya kebudayaan nasional. Kebudayaan nasional merupakan suatu kebudayaan yang didukung oleh sebagian besar warga suatu negara dan memiliki syarat mutlak bersifat khas dan dibanggakan, serta memberikan identitas terhadap warga. Budaya nasional adalah budaya yang dihasilkan oleh masyarakat bangsa tersebut sejak zaman dahulu hingga kini sebagai suatu karya yang dibanggakan yang memiliki kekhasan bangsa tersebut dan memberi identitas warga, serta menciptakan suatu jati diri bangsa yang kuat. Pakaian batik merupakan salah satu contoh budaya nasional. Batik adalah hasil dari budaya lokal. Beberapa daerah di Indonesia dapat menciptakan batik dengan corak khas yang berbeda-beda. Batik kemudian diangkat menjadi salah satu pakaian nasional. Dengan demikian, budaya lokal menjadi budaya nasional.


c. Tertanamnya Sikap Toleransi
Kekayaan budaya bangsa Indonesia merupakan tantangan untuk bersikap toleran. Keragaman budaya yang dimiliki bangsa Indonesia semakin menambah kesadaran masyarakat bahwa pada hakikatnya manusia memiliki perbedaan. Karena itu, perbedaan kebudayaan adalah hal biasa, tidak perlu dipertentangkan. Setiap budaya ingin dikembangkan. Perlu sikap saling mendukung serta kebersamaan dalam upaya mengembangkan kebudayaan. Kebudayaan Indonesia bukan milik satu suku bangsa, tetapi milik seluruh rakyat Indonesia.
Sumber: http://www.satujam.com/suku-dan-etnis-indonesia/
Gambar 13 Keragaman budaya perlu disyukuri bangsa Indonesia.

d. Saling Melengkapi Hasil Budaya


Sumber: http://piko.aminus3.com/image/2012-12-15.html, https://terompah9.wordpress.com/2011/12/12/ festival-nasional-kesenian-tari-nusantara-2011/
Gambar 2.25 Festival tarian Nusantara menunjukkan kekayaan budaya Indonesia.


Kebudayaan sebagai hasil pemikiran dan kreasi manusia tidak pernah sempurna. Keanekaragaman budaya di Indonesia justru memberikan kesempatan untuk saling mengisi. Sebagai contoh, masyarakat Indonesia di berbagai daerah memiliki berbagai corak seni bangunan, lukis, kain tenun, dan sebagainya. Kekayaan corak seni tersebut apabila berinteraksi akan menghasilkan inovasi budaya baru yang sangat berharga. Saat ini, misalnya, dikembangkan di seluruh masyarakat Indonesia. Pada masa lalu, seni membatik lebih banyak dikembangkan masyarakat suku Jawa, khususnya Jawa Tengah dengan corak atau motif batik Jawa. Pada saat ini, masyarakat di berbagai daerah memiliki motif batik yang khas yang mencerminkan karakteristik budaya setempat.
e. Mendorong Inovasi Kebudayaan
Inovasi kebudayaan merupakan pembaharuan kebudayaan untuk menjadi lebih baik. Sebagai contoh, kebudayaan berupa teknologi pertanian yang telah diwariskan nenek moyang. Setiap masyarakat memiliki cara bercocok tanam yang kadang berbeda. Perbedaan ini tentu didasari berbagai alasan. Setiap kelompok masyarakat melakukan interaksi yang berpengaruh pada cara berpikir dan hasil kebudayaan. Itulah hasil komunikasi cara bertani yang menghasilkan cara baru dan khas dalam pertanian. Interaksi itu bersifat khas dan unik. Oleh karena itu, pola bercocok tanam yang dihasilkan juga khas  dan unik.

Sumber: http://abiummi.com/, http://www.balitoursclub.net/pura-taman-ayun/
Gambar 2.26 Menara Masjid Kudus dan Bale Kul Kul Taman Ayun Bali.

Bentuk-bentuk inovasi kebudayaan dapat terjadi karena akulturasi dan asimilasi. Gambar tersebut memberikan informasi tentang salah satu bentuk akulturasikebudayaan di Indonesia. Gambar tersebut membuktikan nenek moyang bangsa Indonesia sangat kreatif dan sangat terbuka. Menara Masjid Kudus memiliki bentuk yang sama dengan Bale Kul Kul pura Taman Ayun di Bali. Walaupun bentuknya sama, tetapi fungsinya berbeda.Bale Kul Kul memiliki fungsi sebagai tempat upacara keagamaan umat Hindu, sedangkan menara Masjid Kudus memiliki fungsi untuk mengumandangkan bedug dan azan. Interaksi budaya di atas menunjukkan sikap toleran masyarakat pada masa lalu


3. Perbedaan Suku Bangsa

Bangsa Indonesia memiliki lebih dari 300 kelompok etnik atau suku bangsa. Suku Jawa adalah kelompok suku terbesar di Indonesia dengan jumlah mencapai 41% dari total populasi. Sebagian besar suku Jawa tinggal di Pulau Jawa, terutama Jawa Tengah dan Jawa Timur. Banyak dari anggota suku ini telah 
bertransmigrasi dan tersebar ke berbagai pulau di Nusantara bahkan bermigrasi ke luar negeri. Suku Sunda, suku Melayu, dan suku Madura secara berurutan adalah kelompok terbesar berikutnya di negara ini. 
Berikut ini merupakan contoh nama suku bangsa dan lokasi atau tempat yang paling banyak didiami/ditinggali:

Tabel 1. Nama Suku Bangsa dan Daerah Asal

Nama Suku Bangsa

Daerah Asal

Aceh, Gayo,Tamiang Ulu Sangkil, Aneuk Jamee, Kluet, Gumbak Cadek, dan Simeulue

Aceh

Batak Toba, Batak Karo, Batak Mandailing, Nias, Simalungun, Asahan, dan Angkola

Sumatra Utara

Minangkabau,   Gusci,   Caniago,   Tanjung   Kato, Panyali, Sikumbang, dan Mentawai

Sumatra Barat

Komering, Palembang, Pasemah, Sameda, Ranau, Kisam, Ogan, Lematang, Rejang, Rawas, dan Kubu

Sumatra Selatan

Bangka, Belitung, Mendanau, Rawas, dan Semendo

Bangka Belitung

Sunda

Jawa Barat

Betawi

DKI Jakarta

Jawa, Samin, dan Karimun

Jawa Tengah

Madura, Jawa, Osing, dan Tengger

Jawa Barat

Dayak, Ngaju, Apo Kayan, Murut, Poanan, dan Ot

Danun

Kalimantan Barat

Bulungan, Tidung, Kenyah, Berusuh, Abai, dan Kayan

Kalimantan Timur

Banjar Hulu dan Banjar Kuala

Kalimantan Selatan

Lawang, Dusun, Bakupai, dan Ngaju

Kalimantan Tengah

Sasak, Sumbawa, Bima

Nusa Tenggara Barat

Timor, Rote, Sabu, Manggarai, Ngada, Ende Lio, Larantuka, dan Sumba

Nusa Tenggara Timur

Kaali, Kuwali, Panuma, Mori, Balatar, dan Banggai

Sulawesi Tengah

Wolia, Laki, Muna, Buton, Balatar

Sulawesi Tenggara

Sangir, Talaud, Minahasa, Bolaang Mongondow, dan Bantik

Sulawesi Utara

Makasar, Bugis, Toraja, Mandar, Selayar, dan Bone

Sulawesi Selatan

Bali

Bali

Ambon, Alifuru, Togite, dan Faru

Maluku


Setiap suku bangsa memiliki derajat yang sama. Sejak ribuan tahun yang lalu, berbagai suku bangsa di Indonesia hidup berdampingan secara harmonis. Berbagai suku bangsa di Indonesia saling memahami dan menghargai berbagai perbedaan yang ada.
Pada masa sekarang, kita dapat menemukan berbagai suku bangsa di berbagai daerah di Indonesia. Hal ini membuktikan bahwa suku bangsa Indonesia sangat terbuka menerima kedatangan berbagai suku bangsa yang berbeda.
Mereka hidup berdampingan dan bekerja sama untuk membangun bangsa dan negara. Bahkan, banyak masyarakat yang melakukan perkawinan campur. Mungkin saja beberapa teman kita atau bahkan orangtua kita sendiri yang menikah dari berbeda suku bangsa.

4. Perbedaan Pekerjaan

Pekerjaan merupakan salah satu bentuk kegiatan ekonomi yang dilakukan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan. Pada saat ini, kalian dapat menemukan berbagai jenis pekerjaan baik sektor formal maupun nonformal.
Pekerjaan formal merupakan jenis pekerjaan yang dilakukan pelaku usaha resmi baik pemerintah maupun swasta, contohnya pegawai bank, pegawai pemerintah, guru dan lain sebagainya. Pekerjaan formal menyebabkan individu terikat secara langsung dengan sistem dan aturan yang berlaku. 
Kondisi tersebut berbeda dengan pekerjaan nonformal seperti pemilik bengkel, petani, penjual di pasar, dan pelaku usaha mandiri lainnya. Mereka bekerja secara mandiri, tak tergantung pada pihak lain. 
Semua pekerjaan itu mulia selama pekerjaan tersebut bermanfaat bagi diri dan orang lain. Tidak ada yang lebih rendah atau lebih tinggi derajatnya. Semua profesi saling membutuhkan. Rantai kehidupan manusia tersusun sedemikian rupa sehingga saling membutuhkan.

5. Peran dan Fungsi Keragaman Budaya

Setiap suku bangsa memiliki wujud kebudayaan yang berbeda-beda seperti tarian. Tarian daerah sebagai salah satu kekayaan budaya bangsa Indonesia dan daya tarik bangsa asing. Kekayaan kesenian berupa tarian daerah, menjadi salah satu daya pikat wisatawan.
Tarian hanya sebagian dari keragaman budaya bangsa Indonesia. Keragaman budaya daerah dapat dikenali melalui bentuk-bentuk pakaian adat, lagu daerah, tarian daerah, rumah adat, alat musik, seni pertunjukan, upacara adat, dan lain-lain.
Berikut peran dan fungsi keragaman budaya dalam pembangunan nasional sebagai berikut:
a. Sebagai Daya Tarik Bangsa Asing
Indonesia adalah salah satu tujuan wisata dari berbagai negara. Salah satu daya tarik wisatawan mancanegara adalah kekayaan budaya bangsa Indonesia. 
Sebagai contoh, kebudayaan yang masih berkembang di Yogyakarta merupakan salah satu daya tarik wisatawan berkunjung ke Yogyakarta. Banyaknya wisatawan yang berkunjung ke Yogyakarta membantu kegiatan perekonomian masyarakat Yogyakarta.  Berbagai  barang dan jasa diperjualkan di kota pelajar tersebut. Ratusan hotel, rumah makan, biro perjalanan, produksi cindera mata, seni kerajinan, dan sebagainya tumbuh subur di Yogyakarta.

b. Mengembangkan Kebudayaan Nasional
Kebudayaan nasional adalah puncak dari kebudayaan-kebudayaan daerah. Kebudayaan daerah akan memperkaya kebudayaan nasional. Kebudayaan nasional adalah suatu kebudayaan yang didukung oleh sebagian besar warga suatu negara dan memiliki syarat mutlak bersifat khas dan dibanggakan, serta memberikan identitas terhadap warga. 
Pakaian batik merupakan salah satu contoh budaya nasional. Batik adalah hasil dari budaya lokal. Beberapa daerah di Indonesia dapat menciptakan batik dengan corak khas yang berbeda-beda. Batik kemudian diangkat menjadi salah satu pakaian nasional. Dengan demikian, budaya lokal menjadi budaya nasional.

c. Tertanamnya Sikap Toleransi
Keragaman budaya yang dimiliki bangsa Indonesia semakin menambah kesadaran masyarakat bahwa pada hakikatnya manusia memiliki perbedaan. Perbedaan kebudayaan adalah hal biasa, tidak perlu dipertentangkan. Setiap budaya ingin dikembangkan. Perlu sikap saling mendukung serta kebersamaan dalam upaya mengembangkan kebudayaan. Kebudayaan Indonesia bukan milik satu suku bangsa, tetapi milik seluruh rakyat Indonesia. 
d. Saling Melengkapi Hasil Budaya
Kebudayaan sebagai hasil pemikiran dan kreasi manusia tidak pernah sempurna. Keanekaragaman budaya di Indonesia justru memberikan kesempatan untuk saling mengisi. Kekayaan corak seni apabila berinteraksi akan menghasilkan inovasi budaya baru yang sangat berharga.
Pada masa lalu, seni membatik lebih banyak dikembangkan masyarakat suku Jawa, khususnya Jawa Tengah dengan corak atau motif batik Jawa. Pada saat ini, masyarakat di berbagai daerah memiliki motif batik yang khas yang mencerminkan karakteristik budaya setempat.
e. Mendorong Inovasi Kebudayaan
Inovasi kebudayaan merupakan pembaharuan kebudayaan untuk menjadi lebih baik. Bentuk-bentuk inovasi kebudayaan dapat terjadi karena akulturasi dan asimilasi.
Sebagai contoh, menara Masjid Kudus memiliki bentuk yang sama dengan Bale Kul Kul pura Taman Ayun di Bali. Walaupun bentuknya sama, tetapi  fungsinya  berbeda. Bale Kul Kul memiliki fungsi sebagai tempat upacara keagamaan umat Hindu, sedangkan menara Masjid Kudus memiliki fungsi untuk mengumandangkan bedug dan azan. Interaksi budaya di atas menunjukkan sikap toleran masyarakat pada masa lalu.




KEUNGGULAN DAN KETERBATASAN ANTARRUANG DAN PENGARUHNYA TERHADAP KEGIATAN EKONOMI, SOSIAL, BUDAYA DI INDONESIA DAN ASEAN

A. Mobilitas Sosial

Pengertian mobilitas Sosial

Coba kamu amati masyarakat di sekitar kalian. Beraneka ragam tidak ? Apanya yang beraneka ragam?

Keberagaman itu meliputi : pekerjaan atau mata pencaharian , pendidikan, agama, suku bangsa, cara berpikir, cerdas, bodoh, miskin, kaya dan banyak lagi macam perbedaan. Apakah setiap orang menginginkan tetap pada mata pencaharian, kekayaan, kemiskinan, kebodohan ? Tentunya tidak. Ada orang yang miskin berusaha menjadi kaya. Ada orang bodoh ingin menjadi pintar.Ada seorang petani menginginkan anaknya menjadi pedagang, pegawai dll. Ada seorang Guru ingin menjadi Kepala Sekolah, bawahan ingin menjadi atasan, Atau dengan kata lain ingin merubah kehidupan dari tidak baik menjadi lebih baik. Atau dengan kata lain ingin merubah kehidupan atau merubah kelas sosial dari kelas bawah menjadi kelas atas. Kelas Sosial adalah perbedaan hierarki (stratifikasi ) masyarakat atau budaya . Kelas Sosial didasarkan pada tingkat pendidikan, kekayaan, keturunan dan lainnya. Dari uraian tersebut tahukah apa pengertian mobilitas sosial ?

Mobilitas berasal dari kata mobilis artinya mudah dipindahkan, bergerak dari satu tempat ke tempat lain

Mobilitas Sosial adalah suatu gerak perpindahan dari satu kelas sosial ke kelas sosial lainnya ( menurut Paul B.Horton)

Contoh Kelas Petani ke kelas Pengusaha


Mobilitas Sosial adalah gerakan pada orang perorang atau kelompok - kelompok di antara kedudukan-kedudukan sosial ekonomi yang berbeda ( menurut Anthony Giddens.

Contoh : Petani sayur menjadi Pengusaha sayur dll.


Mobilitas sosial adalah adalah perubahan posisi atau kedudukan dari status sosial yang rendah ke status sosial yang lebih tinggi dan sebaliknya di dalam masyarakat


Bentuk-bentuk Mobilitas Sosial


Sebagai gambaran untuk mengetahui bentuk mobilitas sosial ada beberapa contoh kasus di bawah ini

. Bapak Budi sebagai guru mata pelajaran di sebuah sekolah. Beliau sebagai guru yang rajin, cerdas, berdedikasi tinggi akhirnya menjadi guru teladan dan akhirnya menjadi Kepala Sekolah

. Bapak Andreas sebagai Pengusaha sukses di Peternkan ayam. Ia ingin mengembangkan usahanya ke banyak usaha peternakan lainnya seperti sapi, itik, kerbau dan kambing. tetapi karena krisis modal akhirnya usahanya bangkrut dan terakhir hanya sebagai pedagang ayam biasa

. Ibu Dewi adalah seorang guru di suatu sekolah SMP di kabupaten Purbalingga. Tetapi ia menikah dengan seorang Polisi yang bertugas di kabupaten Banjarnegara. Akhirnya ia mengikuti suami berpindah tugas menjadi guru sbuah SMP di kabupaten Banjarnegara.

Dari kasus di atas mobilitas sosial ada 2 yaitu :

1. Mobilitas Vertikal adalah perpindahan seseorang atau kelompok dari kedudukan sosial lain yang tidak sederajad, baik pindah ke tingkat yang lebih tinggi (social climbing) maupun turun ke lebih rendah (social sinking ) 

Mobilitas Vertikal ada 2 macam yaitu :
Mobilitas Vertikal ke atas (Social Climbing ) adalah peningkatan status atau kedudukan seseorang atau naiknya orang orang ke status yang lebih tinggi. Contoh Pak Ali seorang karyawan karena prestasi naik jabatan menjadi Pimpinan Perusahaan.
 Mobilitas Vertikal ke bawah ( Social sinking ) adalah penurunan status atau kedudukan seseorang dari kedudukan atau status lebih tinggi ke status yang lebih rendah. Contoh : Pak Bejo seorang Pemimpin Partai Politik, karena terkena kasus korupsi akhirnya dipecat dan dipenjara, berubah status dari Status Pimpinan menjadi Narapidana atau tahanan

2. Mobilitas Horizontal adalah perpindahan status sosial atau kelompok sosial ke status yang sama Contoh : Pak Amin Kepala Sekolah pindah menjadi Kepala Sekolah lain


Faktor Pendorong Mobilitas Sosial


Faktor Pendorong Mobilitas Sosial
Berikut merupakan beberapa faktor pendorong mobilitas sosial beserta penjelasannya lengkap.

1. Faktor Struktural
Faktor struktural termasuk salah satu faktor pendorong mobilitas sosial. Maksudnya adalah jumlah relatif dari kedudukan tinggi yang bisa dan harus diisi serta kemudahan untuk memperolehnya. Contohnya adalah ketidakseimbangan jumlah lapangan kerja yang tersedia dibandingkan dengan jumlah pelamar kerja.
Adapun yang termasuk dalam cakupan faktor struktual adalah sebagai berikut:
Struktur pekerjaan, dimana tiap pekerjaan memiliki kedudukan yang berbeda-beda.
Perbedaan fertilitas, dimana tiap individu memiliki tingkat fertilitas atau kelahiran yang berbeda-beda.
Ekonomi ganda, dimana tiap orang memiliki kesempatan untuk mengembangkan usaha sendiri.
2. Faktor Individu
Faktor individu tentu juga turut mempengaruhi terjadinya mobilitas sosial. Maksudnya adalah kualitas seseorang ditinjau dari tingkat pendidikan, penampilan, maupun kemampuan pribadi.
Adapun yang termasuk dalam cakupan faktor individu adalah sebagai berikut:
Perbedaan kemampuan, dimana tiap individu tentu memiliki kemampuan yang berbeda-beda.
Orientasi sikap terhadap mobilitas, dimana tiap individu memiliki sikap yang berbeda dalam menanggapi mobilitas.
Faktor kemujuran, dimana tiap orang memiliki tingkat keberuntungan yang berbeda satu sama lain.
3. Faktor Situasi Politik
Kondisi dan situasi politik dapat menyebabkan terjadinya mobilitas sosial dalam lingkup masyarakat. Keadaan negara yang tidak menentu akan mempengaruhi situasi keamanan yang bisa mengakibatkan terjadinya mobilitas manusia ke daerah yang lebih aman.

4. Faktor Status Sosial
Status sosial seseorang juga dapat mendorong terjadinya gerak sosial. Seseorang yang merasa kurang puas dengan status sosial yang sekarang dimiliki tentu akan melakukan proses mobilitas sosial untuk mendapatkan status sosial yang baru.

5. Faktor Perubahan Sosial Budaya
Dalam masyarakat, tentu akan selalu terjadi perubahan struktur di bidang sosial budaya. Perubahan ini akan mendorong tiap individu untuk melakkan penyesuaian melalui proses mobilitas sosial guna bisa bertahan dan naik ke lapisan sosial yang lebih tinggi.

6. Faktor Keadaan Ekonomi
Faktor pendorong mobilitas sosial berikutnya adalah keadaan ekonomi. Kondisi ekonomi yang membaik dapat memberikan dorongan untuk melakukan ekspansi dalam berbagai macam usaha. Sementara jika kondisi ekonomi buruk tentu akan mendorong seseorang untuk mencari peruntungan di wilayah lain.

7. Faktor Kependudukan
Faktor kependudukan turut mendorong mobilitas sosial, terutama secara geografis. Jika di suatu tempat memiliki tingkat pertumbuhan penduduk yang pesat, tentu akan menyebabkan permukiman penduduk menjadi semakin padat. Hal ini dapat mendorong seseorang untuk berpindah tempat ke kota atau wilayah lainnya.

Faktor Penghambat Mobilitas Sosial

Faktor Penghambat Mobilitas Sosial
Berikut merupakan beberapa faktor penghambat mobilitas sosial beserta penjelasannya lengkap.

1. Faktor Perbedaan Kepentingan
Faktor penghambat mobilitas sosial yang pertama adalah adanya perbedaan kepentingan antar individu dalam suatu struktur organisasi. Hal ini menyebabkan terjadinya persaingan untuk memperebutkan sesuatu. Perbedaan kepentingan ini justru menghambat mobilitas sosial satu sama lainnya.

2. Faktor Kemiskian
Kemiskinan juga dapat menghambat terjadinya mobilitas sosial. Jika masyarakat miskin, tentu akan sulit baginya untuk mencapai status sosial yang diinginkan. Keterbatasan biaya membuat masyarakat miskin cenderung statis dan tidak berubah lapisan sosialnya.

3. Faktor Perbedaan Ras dan Agama
Faktor penghambat mobilitas sosial berikutnya adalah adanya perbedaan ras dan agama. Perbedaan ras membuat mobilitas sosial sulit untuk terjadi, terutama untuk ras minoritas. Selain itu, dalam agama juga tidak dibenarkan seseorang dengan bebas untuk berpindah agama sesuai keinginannya untuk menaikkan statusnya.

4. Faktor Pengaruh Sosial yang Kuat
Pengaruh sosial yang kuat turut menghambat mobilitas sosial, terutama jika berkaitan dengan nilai-nilai dan adat yang berlaku dalam suatu masyarakat. Hal ini karena masyarakat cenderung mengikuti nilai dan adat istiadat dibanding melakukan perubahan yang bertentangan dengan adat mereka.

5. Faktor Perbedaan Jenis Kelamin
Perbedaan jenis kelamin turut menghambat gerak sosial dalam masyarakat. Dalam tatanan masyarakat, pria masih dipandang lebih tinggi dibanding wanita. Banyak jabatan dan kekuasaan besar yang dipegang pria, sehingga menghambat mobilitas sosial bagi kaum wanita.

6. Faktor Diskriminasi Kelas
Faktor penghambat mobilitas sosial yang terakhir adalah adanya diskriminasi kelas. Diskriminasi kelas dalam sistem kelas terbuka dapat menghalangi mobilitas vertikal untuk ke atas. Hal ini terbukti dengan adanya pembatasan keanggotaan suatu organisasi tertentu dengan berbagai syarat dan ketentuan.

Nah itulah referensi faktor pendorong dan penghambat mobilitas sosial beserta penjelasannya dalam lingkungan masyarakat. Semoga bisa menjadi tambahan referensi dan menambah wawasan pengetahuan.

Saluran-saluran Mobilitas Sosial

Menurut Pitirim Sorokin, mobilitas sosial bisa dilakukan melalui saluran mobilitas sosial, yaitu:
1. angkatan bersenjata,  
2. lembaga-lembaga keagamaan,  
3. organisasi politik,  
4. pendidikan,
5. organisasi ekonomi,  
6. organisasi keahlian,  
7. perkawinan
8. organisasi keolahragaan.

Pembahasan:
Mobilitas sosial adalah pergerakan terhadap tempat dalam masyarakat yang dilalukan sesorang. Mobilitas sosial dapat dilakukan dengan melibatkan perubahan dalam posisinya dalam hierarki sosial (mobilitas sosial vertikal) ataupun tanpa perubahan posisi (mobilitas sosial horizontal).
Dalam mobilitas sosial, terdapat apa yang namanya saluran mobilitas, yang memungkinkan seseorang untuk mencapai peningkatan dalam status sosialnya.
Misalnya adalah angkatan bersenjata, dimana seorang dari keluarga biasa dapat meningkat status sosialnya, seiring dengan peningkatan pangkat dan jabatannya dalam angkatan bersenjata.
Demikian pula dalam keolahragaan. Seorang yang memperoleh prestasi besar, seperti memperoleh medali emas dalam Olimpiade dan Asian Games, akan mendapatkan penghargaan oleh masyarakat dan meningkat status sosialnya.
Kemudian dengan pendidikan, seseorang dapat memperoleh ilmu pengetahuan, kemampuan dan ketrampilan yang akan sangat membantu dalam dunia kerja.  
Sehingga dia akan mudah mendapatkan pekerjaan yang baik dan bergaji tinggi. Dengan ini dia akan mudah melakukan mobilitas sosial karena posisinya dalam masyarakat akan naik karena memiliki pekerjaan dan penghasilan yang tinggi.


Dampak Mobilitas Sosial


. Dampak Positif Mobilitas Sosial
. Mendorong seseorang untuk menjadi lebih maju karena adanya kesempatan untuk pindah strata.
. Mempercepat tingkat perubahan nasional ke arah yang lebih baik.
. Apabila penyesuaian dapat dilakukan, akan meningkatkan integrasi sosial.
b. Dampak Negatif Mobilitas Sosial
. Dapat menimbulkan terjadinya berbagai jenis konflik, baik konflik antar kelas, antar kelompok sosial, maupun antar generasi.
. Dapat menyebabkan gangguan psikologis akibat ketidakmampuan dalam menghadapi mobilitas sosial.

Apabila dampak terjadinya mobilitas sosial bersifat ke atas (social climbing), tentu semua orang akan merasa senang. Akan tetapi, selalu ada 3 (tiga) kemungkinan mobilitas sosial, yakni ke bawah, ke atas, dan ke samping. Dampak terjadinya mobilitas sosial bersifat positif dan negatif. Dampak positif terjadinya mobilitas sosial adalah sebagai berikut :
a. Mendorong Seseorang untuk Lebih Maju
Terbukanya kesempatan untuk pindah dari strata ke strata yang lain menimbulkan motivasi yang tinggi pada diri seseorang untuk maju di berbagai bidang. Kalian dapat membedakan kondisi Indonesia sebelum dan sesudah kemerdekaan. Pada masa penjajahan, banyak rakyat kecil yang tidak memiliki cita-cita menjadi camat, bupati, atau gubernur. Hal ini karena tidak adanya kesempatan untuk itu.
b. Mempercepat Tingkat Perubahan Sosial
Mobilitas sosial akan lebih mempercepat tingkat perubahan sosial masyarakat ke arah yang lebih baik. Contoh: Indonesia sedang mengalami perubahan dari masyarakat agraris ke masyarakat industri. Perubahan ini akan lebih cepat terjadi jika didukung sumber daya manusia yang berkualitas. Hal itu berarti perlu peningkatan kualitas pendidikan. Keberhasilan mobilitas sosial di Indonesia berarti membuat orang Indonesia memiliki kedudukan terhormat. Cerdik cendekia yang semakin banyak secara langsung mendorong terjadinya perubahan sosial budaya masyarakat. Perubahan yang mudah dilihat, misalnya, pada masyarakat desa. Penduduk yang berhasil melakukan mobilitas sosial biasanya akan memengaruhi teman-teman atau masyarakat lainnya. Hal ini berarti secara langsung akan mendorong terjadinya perubahan sosial budaya di desa tersebut. Penduduk yang sebagian besar berpendidikan rendah, kemudian berpendidikan tinggi akan berpengaruh terhadap gaya hidup dan mata pencaharian mereka.
c. Meningkatkan Integrasi Sosial
Terjadinya mobilitas sosial dalam suatu masyarakat dapat meningkatkan integrasi sosial. Contohnya, ia akan menyesuaikan diri dengan gaya hidup, nilai-nilai, dan norma-norma yang dianut oleh kelompok orang dengan status sosial yang baru sehingga tercipta integrasi sosial. Perubahan sosial yang terjadi pada suatu masyarakat akan mendapat respon yang berbeda dari masyarakat lain. Respon tersebut dapat berupa tentangan, namun juga dapat berupa penerimaan. Penerimaan pengaruh yang diakibatkan mobilitas sosial tentu merupakan salah satu contoh terjadinya integrasi dalam masyarakat.
Berikut adalah dampak negatif mobilitas sosial :
a. Terjadinya Konflik
Mobilitas sosial merupakan salah satu perjuangan manusia dan kelompok sosial untuk mencapai posisi sosial yang semakin tinggi. Dalam hal ini, sangat wajar kalau kemudian timbul persaingan, yang kerap juga memicu konflik. Dalam perjalanan kehidupan manusia, persaingan tidak dapat dihindarkan. Persaingan selalu muncul dengan berbagai kategorinya. Bahkan, persaingan bisa menjelma menjadi konflik. Perjuangan bangsa Indonesia untuk memperoleh kemerdekaan mendapat tentangan luar biasa dari penjajah. Konflik ini tidak dapat dihindarkan bahkan sampai terjadi perang. Sebagai contoh kecil, perjuangan karyawan bawahan di suatu perusahaan untuk mencapai kedudukan yang lebih tinggi akan menghadapi persaingan dari karyawan lain. Bahkan, dapat pula berhadapan dengan atasan yang takut kedudukannya digeser. Contoh lain, perjuangan di dalam partai politik dan antarpartai politik. Semuapartai politik berjuang salah satunya untuk memperoleh kekuasaan. Kondisi ini tentu menimbulkan persaingan yang kadang memunculkan konflik. Kalian tentu masih ingat peristiwa Gerakan 30 September 1965. Peristiwa tersebut merupakan
salah satu dampak negatif dari ambisi mereka, jabatan, atau kekuasaan yang lebih tinggi. Persaingan antarpartai politik di Indonesia mengakibatkan konflik yang membahayakan kelangsungan bangsa Indonesia. Persaingan ataupun konflik perlu disikapi dengan bijaksana. Persaingan tidak dapat dihindarkan, tetapi persaingan yang tidak sehat akan menyebabkan konflik. Karena itulah, setiap perubahan sosial hendaknya selalu dikelola dengan sikap yang positif. Dengan demikian, tiap individu atau kelompok sosial yang berhasil atau gagal dalam usaha melakukan mobilitas sosial ke atas sama-sama ikhlas menerima kenyataan.
b. Gangguan Psikologis
Seseorang yang memiliki jabatan kadang khawatir kehilangan jabatan. Bahkan pada saat jabatan yang dimiliki sudah lepas, kadang ia tidak rela melepaskan jabatan tersebut. Banyak orang yang setelah kehilangan jabatan, baik karena diganti maupun karena sudah selesai masa tugasnya (pensiun), menjadi mudah gelisah. Individu yang mengalami keadaan seperti ini termasuk mengalami gangguan psikologis. Hal tersebut akan membahayakan diri sendiri karena stres yang berkepanjangan akan melahirkan berbagai penyakit psikis dan fisik lainnya. Contoh: darah tinggi, asam lambung, insomnia merupakan penyakit yang salah satunya disebabkan gangguan psikologis. Gangguan psikologis seperti di atas tentu tidak akan terjadi pada individu yang lapang dada menerima keadaan, dan kemudian bertekad untuk berubah.


Jaga Prokes

Header Ads

Search This Blog

Link Penting

Blog Archive